Minggu, 21 Juli 2013

Konser JKT48, Puncak Popularitas dan Kerja Keras?

Setahun yang lalu, sebuah paket hiburan bernama JKT48 hanya muncul di stasiun televisi tertentu. Sekarang, mereka muncul di hampir semua layar televisi. Fenomena grup musik beranggotakan perempuan, sukses di pasaran bukan hal baru. Tapi, konser nasional perdana adalah bukti kesuksesan itu.

Dua tahun setelah dunia musik Nasional berusaha menyerap sebuah konsep hiburan berlabel JKT48, grup idola itu mengadakan konser perdana mereka. Dua tahun membombardir segala bentuk media dengan musik juga image, jadwal pementasan yang panjang di teater eksklusif mereka di sebuah mall, perjalanan ke beberapa daerah di Tanah Air, JKT48 akhirnya menggelar konser Nasional perdana mereka.

Menggunakan momen liburan sekolah, JKT48 memulai rangkaian tur konser Nasional “Perkenalkan, Nama Kami JKT48” di Makassar, Solo, Balikpapan, Surabaya dan puncaknya di Jakarta. Konser di Jakarta berbeda, karena dilaksanakan selama 2 hari berturut-turut dan menyajikan 3 kali pertunjukkan. Konser di Jakarta juga berbeda, karena semua member (sebutan untuk anggota JKT48) yang berjumlah 51 orang itu tampil bersama di Tennis Indoor, Senayan. Tidak demikian dengan konser-konser di daerah, di mana yang berangkat hanya belasan member dari tim pertama JKT48 (lebih dikenal dengan istilah tim J). Karena memang wajah-wajah dari tim inilah yang lebih akrab secara Nasional (melalui kemunculan mereka di iklan atau penampilan on air di stasiun televisi).

Karena keistimewaan konser puncak di Jakarta pula, rombongan-rombongan dari daerah berangkat ke Jakarta. Dengan segala macam informasi yang beredar di media sosial (JKT48 sangat aktif di twitter, juga facebook – membuat mereka beberapa langkah lebih maju dari selebriti manapun di Tanah Air), fans-fans (sebagian fanatik) itu berdatangan ke Jakarta. Kami sempat menemukan kumpulan fans JKT48 dari Makassar (mereka mengenakan seragam sebagai identitas). Belum ada boyband, atau girlband lain yang menunjukkan loyalitas tinggi dari fans-fans mereka seperti ini.

Kami hadir di show terakhir, 4 Juli lalu, yang dimulai pukul 7 malam lebih sedikit. Seperti dugaan, 80% pemandangan penonton adalah remaja laki-laki. Sisanya perempuan dari berbagai umur, anak kecil dan laki-laki dewasa. Kami bergabung dengan antrian masuk kurang lebih 2 jam sebelum gate ke Tennis Indoor dibuka, itu sudah cukup terlambat. Ratusan penggemar fanatik sudah antri dari siang, untuk bisa duduk di kursi paling depan. Diadakan di hari kerja, tentu kondisi ini sangat menguntungkan bagi remaja-remaja yang sedang libur sekolah. Penonton umum harus rela mendapatkan kursi yang semakin jauh dari panggung, karena tidak bisa mengantri masuk lebih awal. Seorang kenalan kami bahkan rela mengambil cuti, untuk bisa menonton semua jadwal konser perempuan-perempuan muda itu. Ribuan penonton, beberapa dari mereka menonton semua rangkaian konser puncak di Jakarta (3 show selama 2 hari), diwajibkan melalui 3 pintu pemeriksaan (artis lain barangkali hanya 1 pintu). Panitia memastikan, tidak ada satu penontonpun lolos membawa kamera foto atau perekam video. Aturan yang juga berlaku untuk setiap pementasan JKT48 di teater eksklusif mereka. Tapi tetap saja, sehari setelah konser sudah ada penggemar yang meng-upload potongan rekaman konser itu ke YouTube.

Tennis Indoor adalah venue yang sudah menjadi saksi, begitu banyak konser artis lokal sampai internasional yang pernah diadakan di sana. Tentu tidak ada yang menyangka, perempuan-perempuan muda di JKT48 ini akan mengadakan konser besar seperti itu. Kemunculan mereka di tengah-tengah fenomena boyband dan girlband yang sedang marak beberapa waktu lalu, dinilai ikut-ikutan oleh sebagian pihak. Tapi strategi pemasaran yang tepat, membuat perempuan-perempuan muda ini unggul dari grup manapun di kategori yang sama. Tentu ini masih cukup awal, mengingat senior mereka AKB48 sudah melangkah selama hampir 8 tahun (sejak 2005). Di Indonesia sendiri, siklus kesuksesan seorang figur entertainer cukup singkat. Ada waktunya ranah hiburan didominasi Anang dan siapapun pasangan duetnya, selebriti YouTube, sampai Syahrini. Catatan khusus, Syahrini saja yang sudah terkenal seantero Indonesia belum pernah mengadakan konser tunggal (dan besar) di venue sekelas Tennis Indoor. Sesuatu yang perlu dipikirkan oleh manajemen Syahrini.

Konsernya sendiri berlangsung selama 2 jam lebih. Hampir 20 lagu dinyanyikan. Koreografi yang banyak jumlahnya, sesuai jumlah lagu, dibawakan 51 anggota JKT48 secara bergantian. Energi tanpa henti terlihat dari arah panggung (hampir semua lagu JKT48 bernada cepat). Energi yang sama kami rasakan di barisan kursi penonton. Ribuan light stick adalah aksesori wajib bagi fans fanatik perempuan-perempuan muda ini (ini juga bisnis yang sukses akhirnya). Penjualan light stick meningkat. Hanya berlaku untuk JKT48. Beberapa penonton bahkan terlihat menari liar di kursi tribun. Beberapa yang tak membawa light stick hanya bisa berteriak atau bergoyang liar di kursi mereka sambil duduk (sesuatu yang wajar terlihat di konser musik rock, tidak di JKT48). Kami melihat yang seperti ini persis di depan kursi kami. Sangat mengganggu, sebenarnya. Hal yang sangat mengganggu lainnya? Penonton yang menyiapkan kursi untuk penonton lain, yang sebenarnya datang sangat terlambat. Panitia terlihat sudah memasang mata elang, tapi masih kalah dengan penonton yang lebih pintar. “Sedang sholat,” dalih seorang penonton yang duduk tidak jauh dari kami, saat ditanya panitia mengapa kursi di sebelahnya kosong. Hal serupa juga terjadi di teater eksklusif mereka.

Konser yang menghibur. Begitu banyak gimmick terjadi di atas panggung. Lempar bola, pistol air ditembakkan ke arah penonton, sampai 51 member JKT48 yang muncul bersamaan di atas panggung (sehingga dekorasi panggung pun jadi tak penting lagi). Karier perempuan-perempuan muda ini di dunia hiburan masih panjang. Mereka punya 5 tahun lagi, paling tidak, untuk membuktikan bahwa keberadaan mereka bukan hanya sesaat. Kemunculan mereka memberi makan begitu banyak perut manusia (sisanya merogoh kocek yang dalam, bahkan untuk bisa bersalaman dengan mereka).

Ada roda bisnis yang berputar kencang di balik lagu-lagu dan image manis yang mereka pertontonkan (iklan, penjualan merchandise, penjualan album dan sebagainya). Ada kompetisi terselubung di antara perempuan-perempuan muda ini, yang tak terlihat dari balik wajah manis mereka (dengan begitu banyaknya anggota, semua harus bersaing membuktikan bahwa mereka layak dipilih membawakan lagu terbaru – aturan yang tidak berlaku untuk grup lain dengan anggota sedikit). Kita hanya perlu menikmati. Sekali lagi, ini paket hiburan. Bila perempuan-perempuan muda ini redup sinarnya tahun depan, itulah siklus. Seleksi alam. Tapi selalu ada kesempatan untuk berteriak encore, tahun depan.

Di Gelora Bung Karno, barangkali?



Source : Fan48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar